Flowchart membantu kita memahami alur proses dengan visual yang jelas dan mudah diikuti. Dalam dunia digital dan bisnis, kemampuan membuat flowchart menjadi keterampilan penting. Artikel ini membahas 10 cara membuat flowchart secara efektif agar WiseSob bisa menghasilkan diagram profesional, jelas, dan efisien tanpa ribet teori.
1. Tentukan Tujuan Flowchart
Langkah pertama yang sering diabaikan adalah memahami tujuan pembuatan flowchart. Apakah untuk dokumentasi proses kerja, pengembangan software, atau komunikasi antar tim? Dengan menetapkan tujuannya lebih dulu, struktur dan simbol yang digunakan akan lebih fokus dan efisien.
Misalnya, jika flowchart digunakan untuk menggambarkan proses customer journey di website, maka setiap langkah harus menggambarkan interaksi pengguna dengan produk digital secara runtut. Tujuan yang jelas mencegah diagram menjadi berantakan.
2. Identifikasi Langkah Proses Secara Lengkap
Setelah menentukan tujuan, buat daftar setiap langkah dari awal hingga akhir proses. Ini seperti membuat kerangka cerita — semua langkah harus tercatat agar tidak ada tahapan yang terlewat. Contohnya dalam pembuatan website:
- Riset kebutuhan klien
- Desain awal halaman
- Kode implementasi
- Testing
- Publikasi dan maintenance
Langkah-langkah ini nanti akan diterjemahkan ke dalam simbol flowchart. Pastikan setiap proses memiliki hubungan logis, dari start hingga end.
3. Gunakan Simbol Standar Flowchart
Simbol yang benar membuat flowchart mudah dibaca siapa pun, bukan hanya pembuatnya. Beberapa simbol yang umum digunakan antara lain:
| Simbol | Fungsi |
|---|---|
| Oval | Menandai awal atau akhir proses |
| Persegi panjang | Menunjukkan aktivitas atau tindakan |
| Belah ketupat | Mewakili keputusan (ya/tidak) |
| Panah | Menunjukkan arah alur proses |
| Paralelogram | Menunjukkan input/output data |
Gunakan simbol sesuai standar ISO 5807 agar diagram mudah dimengerti lintas tim dan divisi.
4. Gunakan Tools Digital yang Tepat
WiseSob tidak harus menggambar manual. Kini banyak tools gratis dan profesional yang membantu membuat flowchart cepat dan rapi. Beberapa rekomendasi:
- Lucidchart — Kolaboratif, cocok untuk tim besar.
- Draw.io (diagrams.net) — Gratis dan terintegrasi dengan Google Drive.
- Miro — Cocok untuk brainstorming visual interaktif.
- Whimsical — Antarmuka sederhana, hasil estetik.
- Microsoft Visio — Profesional, cocok untuk proyek korporat besar.
Pilih tool sesuai kebutuhan: apakah butuh kerja tim, integrasi cloud, atau hasil profesional untuk presentasi.
5. Gunakan Alur Logis dan Hierarki Jelas
Susun flowchart dari atas ke bawah atau kiri ke kanan, tergantung konteks proses. Gunakan arah alur yang konsisten agar pembaca tidak bingung. Hindari garis yang saling silang terlalu banyak karena bisa mengacaukan visual.
Untuk proses kompleks, gunakan sub-flowchart — diagram kecil yang menjelaskan bagian tertentu. Misalnya, “Proses Pembayaran” bisa dipisahkan dari “Proses Pendaftaran Pengguna”. Ini membuat keseluruhan sistem lebih mudah dikelola.
6. Gunakan Warna dan Bentuk Secara Strategis
Warna membantu pembaca mengenali tipe proses secara instan. Misalnya:
- Langkah utama → warna biru
- Keputusan → oranye
- Proses otomatis → abu-abu
- Data input/output → hijau
Namun jangan berlebihan. Tujuan utama flowchart adalah kejelasan, bukan keindahan. Warna hanya berfungsi mendukung navigasi visual, bukan mendominasi perhatian.
7. Tambahkan Label dan Deskripsi Singkat
Flowchart yang baik seharusnya bisa dipahami tanpa penjelasan panjang. Beri label jelas pada setiap simbol, misalnya “Verifikasi Pembayaran” atau “Kirim Email Konfirmasi”. Hindari kalimat panjang, cukup gunakan kata kerja aktif.
Untuk proses teknis, tambahkan catatan kecil (annotation) agar tim paham konteks, seperti versi sistem, lokasi file, atau nama variabel yang relevan. Ini sering digunakan dalam software flowchart di bidang IT.
8. Review dan Uji Alur Flowchart
Sebelum dianggap final, uji flowchart dengan pengguna atau rekan kerja. Coba jalankan simulasi alur proses dari awal hingga akhir, pastikan tidak ada langkah yang membingungkan atau hilang. Proses review sangat penting, terutama jika diagram digunakan untuk dokumentasi operasional.
Periksa juga apakah setiap simbol memiliki input dan output yang jelas. Jika ada langkah “mengambang” tanpa arah panah, berarti ada kesalahan logika yang perlu diperbaiki.
9. Integrasikan Flowchart dengan Dokumen atau Sistem
Flowchart akan lebih bermanfaat bila dihubungkan dengan sistem atau dokumen nyata. Misalnya, pada proses kerja digital:
- Hubungkan diagram dengan file SOP (Standard Operating Procedure)
- Integrasikan dalam aplikasi workflow management seperti Asana atau Trello
- Gunakan hyperlink untuk mengarahkan ke data pendukung
Dengan cara ini, flowchart bukan hanya visual statis tapi bagian aktif dari sistem dokumentasi dan manajemen proyek.
10. Simpan dan Update Flowchart Secara Berkala
Flowchart bukan dokumen sekali jadi. Proses bisnis, sistem, dan teknologi selalu berubah. Pastikan untuk memperbarui diagram setiap kali ada revisi pada prosedur. Simpan versi lama untuk dokumentasi audit atau pembelajaran.
Di WiseWebster, kami selalu memperbarui diagram kerja internal setiap kali struktur website atau alur SEO campaign berubah, agar tim tetap selaras dan efisien.
Tips Tambahan untuk Flowchart Profesional
- Gunakan font sans-serif agar mudah dibaca.
- Selalu mulai dan akhiri dengan simbol oval (Start–End).
- Gunakan ukuran simbol yang proporsional dan sejajar.
- Tambahkan legenda jika flowchart kompleks.
- Gunakan template agar waktu pengerjaan lebih efisien.
Jika ingin hasil cepat, gunakan template flowchart yang disediakan oleh Canva — tersedia banyak pilihan desain visual yang bisa langsung diedit.
Kesimpulan
Membuat flowchart yang efektif tidak sulit jika dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Dari menentukan tujuan, menggunakan simbol standar, hingga memanfaatkan tools digital — semuanya membantu menyusun alur kerja yang jelas. Dengan 10 cara di atas, WiseSob bisa membuat flowchart profesional untuk berbagai kebutuhan, baik bisnis, IT, maupun pendidikan.