Kalau WiseSob sering lihat iklan muncul di mana-mana — di Instagram, YouTube, TikTok, bahkan di halaman berita — itulah yang disebut digital ads atau iklan digital. Bentuknya bermacam-macam, tergantung platform dan tujuannya. Dalam dunia digital marketing, mengenali tiap jenis iklan itu penting banget supaya kita tahu mana yang paling efektif untuk promosi bisnis. Nah, di artikel ini kami akan bahas 8 jenis ads on digital yang paling umum dan ampuh digunakan oleh brand besar maupun UMKM.
1. Search Ads
Search ads adalah iklan yang muncul di hasil pencarian, misalnya di Google Ads atau Bing Ads. Jenis ini paling cocok untuk orang yang sudah punya niat beli, karena mereka memang sedang mencari produk atau jasa tertentu. Contohnya, kalau seseorang mengetik “jasa cuci sofa Dubai”, maka iklan dari perusahaan pembersih bisa muncul di bagian paling atas hasil pencarian.
Kelebihan utama search ads adalah niat pengguna yang tinggi — mereka sudah tahu apa yang dicari. Tapi kekurangannya, kompetisi bisa ketat dan harga per klik (CPC) bisa mahal, apalagi di kata kunci populer. Jadi, penting untuk riset keyword dan menyesuaikan anggaran dengan strategi.
Kapan dipakai: saat ingin mendapatkan calon pelanggan yang sudah siap membeli, misalnya untuk bisnis jasa, e-commerce, atau reservasi hotel.
2. Display Ads
Display ads adalah iklan berbentuk banner atau gambar yang muncul di berbagai situs web dan aplikasi. Biasanya ditayangkan melalui jaringan seperti Google Display Network. Bentuknya bisa berupa gambar statis, animasi, atau bahkan video pendek yang muncul di pojok layar pengguna.
Tujuan utama display ads bukan hanya penjualan langsung, tapi juga meningkatkan brand awareness. Orang mungkin belum butuh produkmu saat itu juga, tapi karena sering lihat logo atau pesan yang sama, mereka jadi ingat ketika waktunya membeli.
Kelebihan: bisa menjangkau audiens luas dan tampil di berbagai situs.
Kekurangan: CTR (click-through rate) biasanya rendah, jadi perlu desain yang menarik dan pesan yang kuat.
3. Video Ads
Seperti namanya, video ads menggunakan format video untuk menarik perhatian. Jenis ini tumbuh pesat karena kebiasaan orang menonton konten visual semakin tinggi, terutama di YouTube, TikTok, dan Instagram. Video ads bisa muncul sebelum, di tengah, atau di akhir video yang sedang ditonton.
Kelebihan video ads adalah kemampuannya menyampaikan pesan dengan storytelling — menggabungkan visual, audio, dan emosi. Iklan seperti ini bisa meninggalkan kesan kuat dalam waktu singkat. Namun, tantangannya adalah membuat video yang menarik dalam beberapa detik pertama, karena orang mudah skip kalau tidak relevan.
Kapan dipakai: saat ingin meningkatkan awareness atau memperkenalkan produk baru. Video berdurasi 6–15 detik seringkali paling efektif.
4. Social Media Ads
Social media ads mencakup semua iklan yang muncul di platform media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok, X (Twitter), dan LinkedIn. Iklan di sini sangat efektif karena platform sosial memiliki data demografis dan perilaku pengguna yang detail — kita bisa menargetkan berdasarkan usia, lokasi, minat, bahkan pekerjaan.
Misalnya, di TikTok Ads, produk yang dikemas dalam video pendek kreatif bisa cepat viral karena sifat platformnya yang sangat interaktif. Sementara di LinkedIn Ads, lebih cocok untuk promosi B2B seperti software, training, atau layanan profesional.
Kelebihan: targeting sangat presisi dan bisa membangun interaksi langsung.
Kekurangan: perlu kreativitas tinggi dan update rutin karena tren cepat berubah.
5. Native Ads
Native ads adalah iklan yang tampil dengan gaya dan format menyerupai konten asli di platform tempat ia muncul. Misalnya, di portal berita online seperti Kumparan atau Detik, iklan bisa muncul dalam bentuk artikel rekomendasi yang relevan dengan isi berita.
Keunggulan native ads ada pada pendekatannya yang tidak mengganggu. Karena tampil “menyatu” dengan konten, pembaca lebih mudah terlibat. Tapi perlu hati-hati agar iklan tetap transparan dan tidak menipu pembaca.
Kapan dipakai: jika ingin menyampaikan pesan promosi lewat edukasi atau storytelling, seperti artikel sponsor, advertorial, atau konten review.
6. Remarketing Ads
Pernah belanja online, lalu produk yang baru kamu lihat tiba-tiba muncul lagi di Instagram atau YouTube? Nah, itulah remarketing ads. Jenis ini menargetkan orang yang sudah pernah berinteraksi dengan website atau aplikasi kita tapi belum melakukan pembelian.
Strateginya sederhana tapi ampuh: mengingatkan pengguna yang sempat “nyaris beli”. Misalnya, seseorang sudah memasukkan barang ke keranjang, tapi batal checkout. Remarketing akan menampilkan produk itu lagi di platform lain untuk mendorong mereka menyelesaikan transaksi.
Kelebihan: tingkat konversi tinggi karena audiens sudah kenal produk.
Kekurangan: jika frekuensi terlalu sering, bisa membuat pengguna merasa dibuntuti.
7. Influencer Ads
Jenis iklan ini bekerja lewat kolaborasi dengan kreator atau influencer. Mereka membantu memperkenalkan produk ke audiens yang sudah percaya pada mereka. Misalnya, brand skincare bekerja sama dengan beauty influencer di Instagram atau kreator di TikTok untuk menunjukkan hasil pemakaian produk.
Kelebihan influencer ads adalah kredibilitas yang tinggi — orang cenderung percaya pada rekomendasi orang yang mereka ikuti. Namun, penting memilih influencer yang audiensnya sesuai dengan target pasar. Jangan hanya melihat jumlah followers, tapi juga engagement rate dan reputasi.
Kapan dipakai: untuk meningkatkan kepercayaan terhadap brand, membangun awareness cepat, dan menjangkau komunitas tertentu.
8. Email Marketing Ads
Walaupun sudah lama, email masih jadi salah satu kanal digital ads paling efektif jika digunakan dengan tepat. Email marketing memungkinkan kita mengirim pesan langsung ke pelanggan yang sudah tertarik atau pernah berinteraksi. Jenis iklannya bisa berupa newsletter, promo khusus, atau peluncuran produk baru.
Keunggulannya, email bersifat personal dan bisa otomatis lewat sistem seperti Mailchimp atau Brevo (Sendinblue). Tingkat konversinya juga tinggi karena pesan dikirim ke orang yang memang sudah familiar dengan brand kita.
Kekurangan: jika terlalu sering atau tidak relevan, bisa masuk folder spam.
Kapan dipakai: untuk nurture leads, retensi pelanggan, atau promosi eksklusif.
Strategi Kombinasi Digital Ads
Dari delapan jenis tadi, sebenarnya yang paling efektif bukan hanya memilih satu, tapi menggabungkannya sesuai tahap perjalanan pelanggan. Misalnya, gunakan video ads untuk awareness, lanjutkan dengan search ads saat orang mulai mencari, lalu akhiri dengan remarketing ads untuk mendorong pembelian. Dengan strategi multi-channel seperti ini, kampanye digital terasa lebih menyatu dan hasilnya lebih optimal.
Tips Penting Sebelum Pasang Iklan
- Tentukan tujuan iklan — apakah untuk awareness, traffic, leads, atau sales.
- Kenali target audiens — sesuaikan platform dengan kebiasaan pengguna.
- Buat konten yang relevan dan menarik — visual dan copywriting harus saling mendukung.
- Uji dan analisa — jalankan beberapa versi iklan (A/B test) dan lihat mana yang paling efektif.
- Kelola anggaran dengan bijak — atur bidding dan jadwal tayang supaya ROI maksimal.
Kesimpulan
Iklan digital itu luas banget, tapi dengan memahami 8 jenis utama — mulai dari search ads, display, video, social media, native, remarketing, influencer, hingga email marketing — WiseSob bisa memilih strategi yang paling sesuai dengan bisnis atau proyeknya. Kuncinya bukan cuma pasang iklan, tapi tahu di mana dan kapan audiens paling mudah terpengaruh. Dengan cara itu, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk digital ads bisa menghasilkan dampak yang nyata.