Sebelum menulis program, WiseSob perlu menyusun logikanya dulu. Di sinilah pseudocode jadi solusi. Artikel ini akan menjawab apa yang dimaksud dengan pseudocode dan cara menggunakannya.
Apa Itu Pseudocode?
Pseudocode adalah cara menuliskan logika program dalam format semi-bahasa manusia yang menyerupai struktur kode pemrograman. Tidak seperti bahasa pemrograman sesungguhnya, pseudocode tidak memiliki aturan sintaks yang ketat, sehingga bisa ditulis bebas asal mudah dipahami dan tetap logis.
Nama “pseudocode” berasal dari kata “pseudo” (semu) dan “code” (kode). Artinya, ini bukan kode sebenarnya yang bisa dijalankan oleh komputer, tapi tetap menggambarkan secara akurat apa yang akan dilakukan oleh program. Biasanya digunakan dalam proses desain algoritma, dokumentasi teknis, pembelajaran, bahkan wawancara kerja di bidang IT.
Dengan pseudocode, WiseSob dapat fokus merancang struktur dan alur program tanpa terganggu aturan penulisan bahasa pemrograman tertentu. Ini membuatnya sangat cocok untuk pemula yang baru belajar coding ataupun tim profesional yang sedang merancang solusi kompleks.
Ciri-Ciri Penulisan Pseudocode
Untuk membedakan pseudocode dengan kode program atau flowchart, kita bisa lihat dari beberapa ciri khas berikut:
- Bahasa Bebas: Pseudocode bisa menggunakan bahasa Indonesia, Inggris, atau campuran, asalkan maknanya jelas.
- Tidak Bergantung Sintaks: Tidak ada aturan seperti titik koma, tanda kurung, atau deklarasi tipe variabel.
- Struktur Teratur: Menggunakan indentasi atau pengelompokan logis seperti BEGIN-END untuk memudahkan pembacaan.
- Gunakan Kata Kunci Umum: Seperti INPUT, OUTPUT, IF, THEN, ELSE, WHILE, FOR, REPEAT.
- Tidak Perlu Kompiler: Karena tidak bisa dijalankan oleh komputer, pseudocode tidak perlu diuji, tapi bisa dikonversi menjadi kode nyata setelahnya.
Dengan gaya penulisan seperti ini, pseudocode memungkinkan siapa pun untuk memahami logika yang disampaikan, bahkan tanpa latar belakang coding yang kuat.
Manfaat Menggunakan Pseudocode
Banyak profesional menggunakan pseudocode sebelum mulai menulis kode sesungguhnya karena alasan-alasan berikut:
- Perencanaan yang Lebih Jelas: Pseudocode memaksa kita berpikir struktur dan urutan logika sebelum teknis implementasi.
- Meningkatkan Kolaborasi: Tim lintas fungsi seperti desainer, manajer produk, dan QA bisa memahami alur program secara umum.
- Dokumentasi yang Sederhana: Pseudocode bisa menjadi dokumentasi internal yang menggambarkan ide awal program.
- Belajar Algoritma Tanpa Gangguan Sintaks: Sangat ideal bagi pemula yang ingin memahami logika dasar tanpa pusing dengan aturan bahasa pemrograman.
- Persiapan Coding Interview: Banyak perusahaan teknologi meminta kandidat menulis pseudocode untuk mengetes kemampuan algoritmik mereka.
Dengan kata lain, pseudocode bisa dianggap sebagai “cetakan kasar” dari sebuah program yang siap dibentuk menjadi kode nyata di tahap selanjutnya.
Contoh Pseudocode Sederhana

Berikut adalah contoh pseudocode sederhana untuk menentukan apakah suatu angka genap atau ganjil:
BEGIN
INPUT angka
IF angka mod 2 = 0 THEN
PRINT "Genap"
ELSE
PRINT "Ganjil"
END
Penjelasan:
- Program dimulai dengan perintah BEGIN.
- INPUT angka berarti pengguna memasukkan nilai.
- Struktur percabangan IF…THEN…ELSE digunakan untuk memeriksa apakah angka bisa dibagi dua tanpa sisa.
- mod adalah operator modulus yang menghitung sisa pembagian.
- Program diakhiri dengan END.
Pseudocode di atas bisa diubah ke bahasa pemrograman apapun seperti Python, Java, atau C++ tanpa perubahan logika. Inilah kekuatan utama pseudocode: netral tapi tetap detail.
Pseudocode vs Flowchart vs Kode Program
Sering kali orang bingung membedakan antara pseudocode, flowchart, dan kode program. Berikut adalah perbandingannya:
| Aspek | Pseudocode | Flowchart | Kode Program |
|---|---|---|---|
| Format | Teks naratif/logis | Simbol visual | Sintaks bahasa pemrograman |
| Fungsi | Merancang logika | Mengilustrasikan alur | Menjalankan program |
| Pengguna | Developer, pengajar | Manajer, analis, siswa | Developer |
| Keuntungan | Fleksibel, cepat ditulis | Visual, intuitif | Fungsi nyata di sistem |
Kesimpulannya, pseudocode sering menjadi jembatan antara flowchart dan kode. Ia menyatukan kejelasan visual dengan kedalaman teknis, tanpa terlalu teknikal.
Tips Menulis Pseudocode yang Baik
Agar pseudocode efektif, WiseSob bisa mengikuti beberapa tips berikut:
- Gunakan indentasi: Ini penting agar alur logika terlihat jelas, apalagi pada blok IF, WHILE, dan FOR.
- Pakai keyword universal: Gunakan kata seperti PRINT, INPUT, REPEAT, IF, ELSE untuk menunjukkan struktur alur.
- Hindari istilah teknis berlebihan: Fokus pada logika, bukan implementasi spesifik.
- Gunakan huruf kapital untuk keyword: Agar mudah dibaca dan dibedakan dari variabel atau komentar.
- Uji bacaan: Coba baca ulang pseudocode seperti membaca cerita. Jika logikanya masuk akal, berarti sudah cukup baik.
Dengan latihan rutin, WiseSob akan terbiasa menulis pseudocode yang terstruktur dan siap langsung diubah menjadi kode nyata tanpa banyak revisi.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Pseudocode?
Tidak semua situasi butuh pseudocode. Namun ada momen tertentu ketika penggunaannya sangat dianjurkan:
- Sebelum menulis kode pertama: Terutama saat mengembangkan fitur baru atau fungsi kompleks.
- Saat belajar algoritma: Di sekolah atau kuliah, pseudocode lebih mudah dipahami daripada langsung dengan bahasa pemrograman.
- Saat mendokumentasikan logika sistem: Untuk menjelaskan kepada stakeholder yang tidak memahami teknis secara detail.
- Saat interview coding: Pseudocode sering digunakan saat whiteboard test agar fokus pada logika, bukan sintaks.
- Kolaborasi antar tim: Saat tim produk, desain, dan teknis berdiskusi logika fitur.
Jika WiseSob merasa ragu dengan alur pemikiran sebelum menulis kode, itu saat terbaik untuk mulai dengan pseudocode.
Kesimpulan
Pseudocode adalah alat bantu yang ampuh dalam merancang logika program tanpa terikat bahasa pemrograman. Dengan memahaminya, WiseSob bisa berpikir seperti programmer bahkan sebelum menyentuh kode. Mulailah latihan dari algoritma sederhana untuk melatih logika yang terstruktur.